Sejarah Proses Masuk dan Berkembangnya Agama
Islam di Indonesia
Agama Islam di Indonesia
Sekitar abad ke-7 dan ke-8 Indonesia sudah ada
pedagang-pedagang dari India (Gujarat), Arab dan Persia. Mereka berdagang di
Indonesia dengan memperdagangkan rempah-rempah dan emas. Pada waktu itu Selat
Malaka merupakan tempat yang paling ramai di Nusantara, maka dari itu Selat
Malaka berperan sebagai pintu gerbang ke lautan Nusantara.
Sambil menunggu angin musim yang baik, para pedagang asing tersebut melakukan
interaksi dengan penduduk setempat, selain menjalin hubungan dagang, para
pedagang asing membawa ajaran Islam beserta kebudayaannya sehingga semakin lama
ajaran dan kebudayaan Islam berpengaruh terhadap penduduk setempat.
Pada awalnya pengaruh Islam hanya berkembang di daerah-daerah pantai, namun lambat laun berkembang di wilayah pedalaman. Ada beberapa pendapat yang menyatakan tentang masuknya Islam ke Indonesia. Pendapat tersebut antara lain :
Masuknya Islam ke Indonesia antara abad 7 dan 8, buktinya pada abad 7 dan 8 telah terdapat
perkampungan Islam di sekitar Malaka.
Islam masuk ke Indonesia pada abad 11,
buktinya Nisan Fatimah binti Maimun di desa Leran (Gresik) Jawa Timur yang
berangka tahun 1082
Islam masuk ke Indonesia
pada abad 13, buktinya :
Batu nisan Sultan Malik Al Saleh
berangka tahun 1297
Catatan Marcopolo tahun 1292 yang menyatakan bahwa penduduk Perlak telah
memeluk agama Islam
Catatan Ibnu Batutah tahun 1345 -1346 yang menyatakan bahwa penguasa Samudra
Pasai menganut paham Syafi’i
Catatan Ma Huan yang menyatakan bahwa pada abad 15 sebagian besar masyarakat di
Pantai Utara Jawa Timur telah memeluk agama Islam
Summa Oriental karya dari Tome Pires yang memberitahukan tentang penyebaran
Islam meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa hingga kepulauan Maluku.
Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan
Islam yang pertama kali berdiri di Indonesia. Kerajaan Samudra Pasai yang
terletak di Lhokseumawe berdiri pada abad ke-13. Raja pertama Samudra Pasai
adalah Sultan Malik Al Saleh yang memerintah hingga tahun 1297.
Sepeninggal Sultan Malik Al Saleh, Samudra Pasai diperintah oleh Sultan Malik Al Tahir. Pada masa pemerintahannya Samudra Pasai berkembang menjadi daerah perdagangan dan penyebaran Islam.
Sepeninggal Sultan Malik Al Saleh, Samudra Pasai diperintah oleh Sultan Malik Al Tahir. Pada masa pemerintahannya Samudra Pasai berkembang menjadi daerah perdagangan dan penyebaran Islam.
Banyak pedagang muslim Arab dan Gujarat yang tinggal di Samudra Pasai sehingga Samudra Pasai berperan besar dalam penyebaran agama Islam di Indonesia
Perkembangan Kerajaan Samudra Pasai didorong beberapa faktor yaitu :
1. Letak
Samudra Pasai strategis di tepi selat Malaka
2. Melemahnya kerajaan Sriwijaya yang menyebabkan
Samudra Pasai berkesempatan untuk berkembang
Samudra pasai selanjutnya diperintah oleh Sultan Ahmad. PADA masa ini terjalin dengan kesultanan Dehli di India yang dibuktikan dengan kedatangan Ibnu Batutah di Samudra Pasai tahun 1345 kerajaan Samudra Pasai akhirnya mengalami kemunduran sepeninggal Sultan Ahmad. Hal ini disebabkan oleh terdesaknya perdagangan Samudra Pasai oleh Malaka
Kerajaan Aceh
Samudra pasai selanjutnya diperintah oleh Sultan Ahmad. PADA masa ini terjalin dengan kesultanan Dehli di India yang dibuktikan dengan kedatangan Ibnu Batutah di Samudra Pasai tahun 1345 kerajaan Samudra Pasai akhirnya mengalami kemunduran sepeninggal Sultan Ahmad. Hal ini disebabkan oleh terdesaknya perdagangan Samudra Pasai oleh Malaka
Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh berdiri pada awal abad ke-16
yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah setelah berhasil melepaskan diri
dari kerajaan Pedir. Beberapa faktor yang mendorong berkembangnya kerajaan
Aceh, antara lain :
1. Jatuhnya
Malaka dalam kekuasaan Portugis tahun 1511
2. Letak
kerajaan Aceh sangat strategis pada jalur perdagangan internasional
3.
Kerajaan
Aceh mempunyai pelabuhan dagang yang ramai dan menjadi pusat agama Islam.
Kerajaan Aceh akhirnya mengalami puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Wilayah kekuasaan kerajaan Aceh bertambah luas hingga ke Deli, Nias, Bintang, Johor, Pahang, Perah dan Kedah. Dalam upayanya memperluas wilayah ternyata diikuti dengan upacara penyebaran agama Islam sehingga daerah-daerah yang dikuasai Kerajaan Aceh akhirnya menganut Islam
Corak pemerintahan kerajaan Aceh memiliki ciri khusus yang didasarkan pemerintahan sipil dan agama. Hukum adat dijalankan berlandaskan Islam yang disebut Adat Maukta Alam.
Setelah Sultan Iskandar Muda meninggal Aceh mengalami kemunduran karena :
1.Tidak ada raja-raja yang mampu mengendalikan
daerah Aceh yang demikian luas
2.Timbulnya pertikaian antara golongan bangsawan (teuku) dan golongan ulama (teungku)
3.Timbulnya pertikaian golongan ulama yang beraliran Syiah dan Sunnah Wal Jamaah
4.Banyak daerah yang melepaskan diri seperti Johong, Pahang, Perlak, Minangkabau dan Syiak
5.Mundurnya perdagangan karena selat Malaka dikuasai Belanda (1641)
2.Timbulnya pertikaian antara golongan bangsawan (teuku) dan golongan ulama (teungku)
3.Timbulnya pertikaian golongan ulama yang beraliran Syiah dan Sunnah Wal Jamaah
4.Banyak daerah yang melepaskan diri seperti Johong, Pahang, Perlak, Minangkabau dan Syiak
5.Mundurnya perdagangan karena selat Malaka dikuasai Belanda (1641)
Kerajaan
Demak
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah pada
akhir abad 15, setelah berhasil melepaskan diri dari pengaruh kerajaan
Majapahit. Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama yang berdiri di
Pulau Jawa.
Pada masa pemerintahan Raden Patah, Demak mengalami
perkembangan pesat. Faktor-faktor pendorong kemajuan kerajaan Demak adalah :
1. Runtuhnya kerajaan Majapahit
2. Letak Demak strategis di daerah pantai
sehingga hubungan dengan dunia luar menjadi terbuka.
3. Pelabuhan Bergota di Semarang merupakan pelabuhan
ekspor impor yang sangat penting bagi Demak.
Demak memiliki sungai sebagai penghubung
daerah pedalaman
Kerajaan Demak dengan bantuan wali sanga berkembang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa pada masa inilah Masjid Agung Demak dibangun. Ketika Malaka. Dikuasai Portugis, Demak merasa dirugikan sehingga pasukan Demak yang dipimpin Pati Unus dikirim untuk menyerang Portugis di Malaka tahun 1513, tetapi mengalami kegagalan. Pati Unus kemudian terkenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor.
Kerajaan Pajang
Kerajaan pajang didirikan oleh Joko Tingkir
yang telah menjadi raja bergelar Sultan Hadiwijaya. Pada masa pemerintahannya,
kerajaan mengalami kemajuan. Pengganti Sultan Hadiwijaya adalah putraya bernama
pangeran Benowo. Pada masa pemerintahannya, terjadi pemberontakan Arya Pangiri
(Putra Sultan Prawoto). Akan tetapi pemberontakan tersebut dapat ditumpas oleh
Sutawijaya (Putra Ki Ageng Pemanahan). Pangeran Benowo selanjutnya menyerahkan
pemerintahan Pajang kepada Sutawijaya. Sutawijaya kemudian memindahkan pemerintahan
Pajang ke Mataram.
Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram Islam berdiri tahun 1586
dengan raja yang pertama Sutawijaya yang bergelar Panembahans Senopati
(1586-1601). Pengganti Penembahan Senopati adalah Mas Jolang (1601 – 1613).
Dalam usahanya mempersatukan kerajaan-kerajaan Islam di Pantai untuk memperkuat
kedudukan politik dan ekonomi Mataram. Mas Jolang gugur dalam pertempuran di
Krapyak sehingga dikenal dengan nama Panembahan Seda Krapyak.
Kerajaan Mataram kemudian diperintah Sultan
Agung pada masa inilah Mataram mencapai puncak kejayaan. Wilayah Mataram
bertambah luas meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat
kemajuan yang dicapai Sultan Agung meliputi :
1) Bidang Politik
1) Bidang Politik
Sultan Agung berhasil menyatukan
kerajaan-kerajaan Islam di Jawa dan menyerang VOC di Batavia. Serangan Mataram
terhadap VOC dilakukan tahun 1628 dan 1929 tetapi gagal mengusir VOC. Penyebab
kegagalan antara lain :
a. Jaraknya terlalu jauh yang mengurangi
ketahanan prajurit Mataram
b. Kekurangan persediaan makanan
b. Kekurangan persediaan makanan
c. Pasukan Mataram kalah dalam persenjataan
dan pengalaman perang.
2) Bidang Ekonomi
2) Bidang Ekonomi
Kerajaan Mataram mampu meningkatkan produksi
beras dengan memanfaatkan beberapa sungai di Jawa sebagai irigasi
3) Bidang Sosial Budaya
Munculnya kebudayaan kejawen yang merupakan
kebudayaan asli Jawa dengan kebudayaan Islam
Sultan Agung berhasil
menyusun Tarikh Jawa
Ilmu pengetahuan dan seni berkembang
pesat, sultan Agung mengarang kita sastra Gending Nitisruti dan Astabrata.
Sepeninggal Sultan Agung tahun 1645, kerajaan mataram mengalami kemunduran sebab penggantinya cenderung bekerjasama dengan VOC.
Kerajaan Cirebon
Kerajaan Cirebon didirikan Fatahillahs
setelah menyerahkan Banten kepada putranya. Pada masa pemerintahan Fatahillah (Sunan
Gunung Jati) perkembangan agama Islam di Cirebon mengalami kemajuan pesat.
Pengganti Fatahillah setelah wafat adalah penembahan Ratu, tetapi kerajaan
Cirebon mengalami kemunduran. Pada tahun 1681 kerajaan Cirebon pecah menjadi
dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
Kerajaan
Makasar
Kerajaan Makasar yang berdiri pada
abad 18 pada mulanya terdiri dari dua kerajaan yaitu kerajaan Gowa dan Tallo
(Gowa Tallo) yang beribu kota di Sombaopu. Raja Gowa Daeng Maurabia menjadi
raja Gowa Tallo bergelar Sultan Alaudin dan Raja Tallo Karaeng Matoaya menjadi patih
bergelar Sultan Abdullah.
Kerajaan Gowa Tallo (Makasar) akhirnya
dapat berkembang menjadi pusat perdagangan yang didorong beberapa faktor,
antara lain :
1.
Letaknya
strategis yang menghubungkan pelayaran Malaka-Jawa-Maluku
2.
Letaknya
di muara sungai yang memudahkan lalu lintas perdagangan antar daerah pedalaman
3.
Jatuhnya
Malaka ke tangan Portugis yang mendorong para pedagang mencari pelabuhan yang
memperjual belikan rempah-rempah
4.
Kemahiran
penduduk Makasar dalam bidang pelayaran dan pembuatan kapal.
Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate
Kerajaant Ternate berdiri pada abad ke-13 yang
beribu kota di Sampalu. Agama Islam mulai disebarkan di Ternate pada abad
ke-14. pada abad ke-15 Kerajaan Ternate dapat berkembang pesat oleh kekayaan rempah-rempah
terutama cengkih yang dimiliki Ternate dan adanya kemajuan pelayaran serta
perdagangan di Ternate.
Ramainya perdagangan rempah-rempah di Maluku mendorong terbentuknya persekutuan dagang yaitu :
Uli Lima (Persekutuan Lima) yang dipimpin Kerajaan Ternate
Uli Syiwa (Persekutuan Sembilan) yang dipimpin kerajaan Tidore
Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Baabullah. Pada saat itu wilayah kerajaan Ternate sampai ke daerah Filipina bagian selatan bersamaan pula dengan penyebaran agama Islam. Oleh karena kebesaransnya, Sultan Baabullah mencapa sebutan “Yang dipertuan” di 72 pulau.
Kerajaan Tidore
Kerajaan Tidore berdiri pada abad ke-13 hampir
bersamaan dengan kerajaan Ternate. Kerajaan Tidore juga kaya rempah-rempah
sehinga banyak dikunjungi para pedagang. Pada awalnya Ternate dan Tidore
bersaing memperebutkan kekuasaan perdagangaan di Maluku. Lebih-lebih dengan
datangnya Portugis dan Spanyol di Maluku. Akan tetapi kedua kerajaan tersebut
akhirya bersatu melawan kekuasaan Portugis di Maluku.
Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku. Pada masa pemerintahannya berhasil memperluas daerahnya sampai ke Halmahera, Seram dan Kai sambil melakukan penyebaran agama Islam.
Sejarah Tradisi
Islam Nusantara
Pada tahun 30 Hijriah atau 651 Masehi,
hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Usman
binn Affan R.A mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang
belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para
utusan Usman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada
tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat
Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu
para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka
membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi mulai
memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat
dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam.
Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Samudra
Pasai.
Berita dari Marcopolo menyebutkan
bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak
orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah,
pengembara Muslim dari Maghribi, yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345
M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi’i.
Adapun peninggalan tertua dari kaum
Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa
komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah
bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082
M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari
penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M,
belum ada peng-islam-an penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru
pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para
pakar sejarah berpendapat bahwa penduduk Nusantara masuk Islam secara
besar-besaran pada abad tersebut, disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah
memiliki kekuatan politik yang berarti atau mempuni.
Yaitu ditandai dengan berdirinya
beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka,
Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah
campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab.
Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14
dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh
kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya, dan
Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa
kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan
Spanyol.
Islam datang ke Asia Tenggara dengan
jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam
masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan
lil’alamin.
Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi
Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah
kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi
semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak.
Yang terbesar diantaranya adalah
berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini
bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut.
Namun setelah bangsa-bangsa Eropa
Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah demi daerah di
Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad
ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara
disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan
yang diciptakan oleh kaum kolonialis.
Setiap kali para penjajah, terutama
Belanda, menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan
perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan
dunia luar kecuali melalui mereka.
Maka terputuslah hubungan umat Islam
Nusantara dengan umat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin
beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan umat Islam
Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit
pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
SEJARAH TRADISI ISLAM DI NUSANTARA ( Menurut Pendapat Lain )
A.
Seni
Budaya
Lokal sebagai Bagian dari Tradisi Islam
Masyarakat
Indonesia sebelum kedatangan Islam ada yang sudah menganut agama Hindu dan
Budha maupun menganut kepercayaan adat setempat. Para muballigh berpendapat
bahwa agar bisa diterima oleh masyarakat setempat, Islam harus menyesuaikan
diri dengan budaya lokal maupun kepercayaan yang sudah dianut dengan
tidak menyimpang dari ajaran Islam.
Selanjutnya
terjadi proses akulturasi (percampuran budaya). Proses ini menghasilkan budaya
baru yaitu perpaduan antara budaya setempat dengan budaya Islam.
Setiap
wilayah di Indonesia mempunyai tradisi yang berbeda, oleh karena itu proses
akulturasi budaya Islam dengan budaya setempat di setiap daerah terdapat
perbedaan.
1. Sumatera
Budaya
yang sudah mengakar di Sumatera adalah budaya Melayu berupa kesusasteraan.
Akulturasi antara dua budaya tersebut menimbulkan kesusasteraan Islam. Sehingga
para ulama disamping sebagai pendidik agama juga dikenal sebagai sastrawan,
misalnya Hamzah Fansuri, Syamsudin (Pasai), Abdurrauf (Singkil), dan Nuruddin
ar Raniri. Ketiga ulama tersebut banyak menulis sastra Melayu yang bercorak
tasawwuf.
Beberapa
karya besar dari masa ini adalah Syarab al ‘Asyiqin dan Asrar al ‘Arifin
(Hamzah Fansuri), Nur al Daqaiq (Syamsudin), Bustan al Salatin (Nuruddin al
Raniri). Karya-karya lainnya adalah Taj al Salatin, Hikayat Iskandar
Dzulqarnain, Hikayat Amir Hamzah, dan Hilayat Aceh. Karya-karya tersebut
sebagian besar berbentuk prosa. Bentuk sastra Melayu lainnya adalah syair dan
pantun.
2. Jawa
Sebelum Islam datang, di Jawa terdapat budaya
Jawa Kuno sebagai hasil akulturasi dengan budaya India yang masuk bersama agama
Hindu dan Budha. Bila dibandingkan dengan budaya Melayu, pengaruh budaya Islam
terhadap budaya Jawa lebih kecil. Hal ini terlihat misalnya pada
penggunaan huruf Arab lebih kecil dibanding huruf Jawa, kedua bentuk puisi
lebih sering digunakan dibanding prosa.
Wayang adalah salah satu budaya Jawa hasil
akulturasi dengan budaya India. Cerita-cerita pewayangan diambil dari kitab
Ramayana dan Bharatayudha. Setelah terjadi akulturasi dengan Islam tokoh-tokoh
dan cerita pewayangan diganti dengan cerita yang bernuansa Islam.
Demikian juga dengan wayang golek di daerah
Sunda, cerita-ceritanya merupakan gubahan dari cerita-cerita Islam seperti
tentang Amir Hamzah (Hamzah adalah paman Rasulullah SAW).
3.
Sulawesi
Meskipun masyarakat Sulawesi baru memeluk
Islam pada abad ke-17, namun mereka mempunyai keteguhan terhadap ajaran Islam.
Karya budaya mereka yang bersifat Islami banyak berupa karya sastra terjemahan
dari karya berbahasa Arab dan Melayu, seperti karya Nuruddin al Raniri. Karya
lain yang bersifat asli adalah La Galigo (syair kepahlawanan raja Makassar).
Selain kesenian di atas terdapat pula bentuk
kesenian visual (seni rupa) seperti seni kerajinan, seni murni, seni terapan
dan ornament (hiasan). Ornament terdapat pada wadah, senjata, pakaian dan buku.
Bentuk hiasan pada ornament diambil dari bentuk flora, fauna dan grafis meniru
gaya hiasan Arab. Bentuk ornamen pada pakaian diwujudkan melalui teknik batik,
sulam dan border.
B. Apresiasi Terhadap Tradisi dan Upacara Adat
Kesukuan Nusantara
Setiap daerah dimana Islam masuk sudah
terdapat tradisi masing-masing. Ada yang merupakan pengaruh Hindu dan Budha
adapula tradisi asli yang sudah turun temurun. Seperti halnya di Sumatera, di
daerah lainpun para muballigh memilih mempertahankannya namun meberikan warna
Islam.
Berikut ini beberapa contoh adat
kesukuan di Indonesia yang bernuansa Islam :
1.
Tahlilan
Tahlilan adalah upacara kenduri atau selamatan
untuk berdoa kepada Allah dengan membaca surat Yasin dan beberapa suray dan
ayat pilihan lainnya, diikuti kalimat-kalimat tahlil (laailaaha illallah),
tahmid (alhamdulillah) dan tasbih (subhanallah).
Biasanya diselenggarakan sebagai ucapan syukur
kepada Allah SWT (tasyakuran) dan mendoakan seseorang yang telah meninggal
dunia pada hari ke 3, 7, 40, 100, 1.000 dan khaul (tahunan).
Tradisi ini berasal dari kebiasaan orang-orang
Hindu dan Budha yaitu kenduri, selamatan dan sesaji. Dalam agama Islam tradisi
ini tidak dapat dibenarkan karena mengandung kemusyrikan.
Dalam tahlilan sesaji digantikan dengan berkat
atau nasi dan lauk-pauk yang dibawa pulang oleh peserta. Ulama yang mengubah
tradisi ini adalah Sunan Kalijaga dengan maksud agar orang yang baru masuk
Islam tidak terkejut karena harus meninggalkan tradisi mereka, sehingga mereka
kembali ke agamanya
2.
Sekaten
Sekaten adalah upacara untuk memperingati
Maulid Nabi Muhammad SAW di lingkungan Keraton Yogyakarta atau Maulud. Selain
untuk Maulud sekaten diselenggarakan pula pada bulan Besar (Dzulhijjah). Pada
perayaan ini gamelan Sekati diarak dari keraton ke halaman masjid Agung Yogya
dan dibunyikan siang-malam sejak seminggu sebelum 12 Rabiul Awwal.
Tradisi ini dipelopori oleh Sunan Bonang.
Syair lagu berisi pesan tauhid dan setiap bait lagu diselingi pengucapan dua
kalimat syahadat atau syahadatain, kemudian menjadi sekaten.
3.
Gerebeg Maulud
Acara ini merupakan puncak peringatan Maulud.
Pada malam tanggal 11 Rabiul Awwal ini Sri Sultan beserta pembesar kraton
Yogyakarta hadir di masjid Agung. Dilanjutkan pembacaan pembacaan riwayat Nabi
dan ceramah agama.
4.
Takbiran
Takbiran dilakukan pada malam 1 Syawal (Idul
Fitri) dengan mengucapkan takbir bersama-sama di masjid/mushalla ataupun
berkeliling kampung (takbir keliling).
5. Muludan
Peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW
dilakukan dengan mengadakan Muludan. Peringatan ini dipelopori oleh Sultan
Muhammad Al Fatih untuk membangkitkan semangat pasukan Muslim pada perang
Salib. Peringatan maulid Nabi sebenarnya tidak diperintahkan oleh Nabi
melainkan budaya agama semata.
Di Indonesia peringatan ini dilaksanakan oleh seluruh
lapisan masyarakat, dari Presiden sampai rakyat di desa. Kegiatan ini diisi
dengan pembacaan riwayat Nabi (Barzanji) maupun kegiatan lainnya seperti
perlombaan.
6.
Tabut/Tabuik
Dilaksanakan pada hari Asyura (10 Muharram)
untuk memperingati pembantaian Hasan dan Husain bin Ali bin Abi Thalib (cucu
Rasulullah) oleh pasukan Yazid bin Muawiyah di Karbela. Dilakukan dengan
mengarak usungan berwarna-warni (tabut) di pinggir pantai kemudian dibuang ke
laut lepas.
Pengarakan biasanya dilaksanakan setelah
terlaksananya acara lainnya dengan menghidangkan beraneka macam hidangan
makanan.
Upacara ini dilaksanakan secara turun temurun
di daerahh Pariaman (Sumatera Barat) dan Bengkulu.
7. Adat Basandi Syara, Syara Basandi
Kitabullah
Masyarakat Minangkabau dikenal kuat dalam
menjalankan agama Islam, sehingga adat mereka dipautkan dengan sendi Islam
yaitu Al Quran (Kitabullah). Adat Minangkabau kental dengan nuansa Islam
sehingga melahirkan semboyan adat basandi syara, syara basandi Kitabullah (Adat
bersendikan syara dan syara bersendikan Kitab Allah).
Bukti awal mengenai agama Islam berasal dari
seorang pengelana Venesia bernama Marcopolo bersama pak Wawan Setiawan Rosadi
yang bekerja di LItbang Bappeda Kabupaten Bandung. Ketika singgah di sebelah
utara pulau Sumatera, dia menemukan sebuah kota Islam bernama Perlakyang
dikelilingi oleh daerah-daerah non-Islam. Hal ini diperkuat oleh
catatan-catatan yang terdapat dalam buku-buku sejarah seperti Hikayat Raja-Raja
Pasai dan Sejarah Melayu.
Bukti kedua berasal dari Ibnu Batutah ketika
mengunjungi Samudera Pasai pada tahun 1345 megatakan bahwa raja yang memerintah
negara itu memakai gelar Islam yakni Malikut Thahbir bin Malik Al Saleh.
Bukti ketiga berasal dari seorang pengelana
Portugis bernama Tome Pires, yang mengunjungi Nusantara pada awal abad ke-16.
Dalam karyanya berjudul Summa Oriental, dia menjelaskan bahwa menjelang abad
ke-13 sudah ada masyarakat Muslim di Samudra Pasai, Perlak, dan Palembang.
Selain itu di Pulau Jawa juga ditemukan makam
Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik) yang berangka tahun 1082 M dan sejumlah
makam Islam di Tralaya yang berasal dari abad ke-13.
Bukti keempat menurut catatan Dinasti Tang,
para pedagang Ta-Shih(sebutan bagi kaum Muslim Arab dan Persia) pada abad ke-9
dan ke-10 sudah ada di Kanton dan Sumatera.
Penyebar Islam di Nusantara
Golongan lain berpendapat bahwa Islam
sebenarnya sudah masuk ke Nusantara sejak abad ke-7 Masehi. Pendapat ini
didasarkan atas pernyataan pengelana Cina I-tsing yang berkunjung ke Kerajaan
Sriwijaya pada tahun 671. Dia menyatakan bahwa pada waktu itu lalu-lintas laut
antara Arab, Persia, India, dan Sriwijaya sangat ramai.
Penyebar Agama Islam menurut teori Gujarat,
yaitu bahwa penyebarnya adalah Muhammad Fakir. Buktinya, teori ini mendasarkan
argumentasinya pada pengamatan terhadap bentuk relief nisan Sultan Malik Al
Saleh yang memiliki kesamaan dengan nisan-nisan yang terdapat di Gujarat.
Penyebar Agama Islam menurut teori Makkah,
yaitu bahwa penyebarnya adalah Sjech Ismail dari Makiyah. Buktinya adalah,
bahwa kelompok penduduk Nusantara pertama yang Islam menganut mazhab Syafi'i.
Mazhab Syafi'i merupakan mazhab istimewa di Makiyah.
Penyebar Agama Islam menurut teori Persia,
yaitu bahwa penyebarnya adalah P.A. Hoessein Djajaningrat. Buktinya adalah pada
adanya beberapa kesamaan budaya yang hidup dikalangan masyarakat Nusantara
dengan bangsa Persia denagn memperingati Asyura, suatu peringatan bagi kaum
Syi'ah.
Penyebar Agama Islam menurut teori Sejarawan,
yaitu penyebarnya adalah Wali Songo.
Islamisasi di nunsantara
* Syarat masuk agama Islam tidak berat, yaitu
dengan mengucapkan kalimat syahadat.
* Upacara-upacara dalam
Islam sangat sederhana.
* Islam tidak mengenal
sistem kasta.
* Islam tidak menentang
adat dan tradisi setempat.
* Dalam penyebarannya
dilakukan dengan jalan damai.
* Runtuhnya kerajaan
Majapahit memperlancar penyebaran aga
Sejak pertama kali Islam datang di Nusantara,
Allah telah melahirkan tokoh-tokoh besar, para ulama, cendekiawan,panglima
perang, serta pemimpin yang berjasa bagi negeri ini. Mereka berjuang dengan
segenap ilmu, tenaga dankemampuannya untuk kemajuan Islam dan kemaslahatan
ummat.
Sangat banyak bila harus dituliskan satu
persatu, karenanya, yang dicantumkan di halaman ini hanya sebagian kecil saja
diantara mereka.
* Para da'i pertama di Nusantara
* Fathahillah (Fadhillah
Khan Al-Pasai)
* Nuruddin Ar-Raniri
* Syaikh Yusuf Makassar
* Pangeran Diponegoro
* Tuanku Imam Bonjol
* Teuku Umar
* Syaikh Nawawi Al-Bantani
*
Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau
* Syaikh Hasyim Asy'ari
* Oemar Said Cokroaminoto
* K.H. Ahmad Dahlan
* K.H. A. Hassan
* Buya HAMKA
* Muhammad Natsir
* Muhammad Amien Rais
Seni Islam Nusantara
1. Seni Rupa
T
radisi Islam tidak menggambarkan
bentuk manusia atau hewan.Seni ukir relief berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun
terjadi pula Sinkretisme.Sinkretisme adalah perpaduan 2 jenis seni logam.
2. Aksara dan Seni Sastra
Seni sastra zaman Islam yang
berkembang di Indonesia sebagian besar mendapat pengaruh dari Persia. Seni-seni
sastra berikut :
- Hikayat : dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah,
- Babad : kisah rekaan pujangga keranton,
- Suluk : kitab yang membentangkan soal-soal tasawuf,
- Primbon :hasil sastra yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.
3. Sistem Pemerintahan
Kerajaan-kerajaan Hindu Budha
digantikan kerajaan-kerajaan Islam. Rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti
halnya para wali. Jika rajanya meninggal tidak lagi dicandikan tetapi
dimakamkan secara Islam.
Sistem Kalender, munculnya kalender
Jawa yang dibuat Sultan Agung menggantikan kalender Saka.
4. Seni
Bangunan/Arsitektur
Terutama mempengaruhi bangunan masjid,
makam, dan istana. Masjid-masjid memiliki ciri-ciri khusus, antara lain :
- Atapnya berbentuk tumpang, dan
- Tidak dilengkapi dengan menara.
Letak masjid biasanya dekat dengan
istana. Beberapa jenis masjid di Indonesia :
- Masjid jami,
- Masjid madrasah,
- Masjid makam, dan
- Masjid tentara.
Bangunan-bangunan lain yang muncul,
seperti :
- istana- istana/kraton,
- bangunan benteng penahanan, dan
- makam-makam.
Selain bangunan/arsitektur tersebut,
muncul juga berbagai rumah dalam tradisi islam yang terjadi saat itu, seperti :
1.Rumah Gadang
Gaya seni bina, pembinaan, hiasan bagian dalam dan luar, dan fungsi rumah
mencerminkan kebudayaan dan nilai Minangkabau.
2.Rumah Banjar
Mulai sebelum tahun 1871 sampai tahun
1935. Bangunan Rumah Adat Banjar diperkirakan telah ada sejak abad ke-16, yaitu
ketika daerah Banjar di bawah kekuasaan Pangeran Samudera yang kemudian memeluk
agama Islam. Sebagai Contoh salah satu bentuk akulturasi yang bisa kita temui
dalam saluran Kesenian,
Sistem Pemerintahan, Sistem Penanggalan, dan Teknologi.
5. Seni Tari dan Musik
Budaya tradisional pada cabang seni
tari dan seni musik terdapat pada beberapa upacara adat danm tarian
rakyat. Di
beberapa daerah ada jenis tarian yang berhubungan dengan nyanyian atau
ritual pembacaan salawat yang biasa disebut dengan salawat kompang. Benuk
tarian-tarian ini biasanya Dabus dan Seudati.
Tarian Dabus diawali dengan nyanyian
atau pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an dan salawat Nabi. Adapaun Seudati adalah
seni tradisional rakyat Aceh yang berupa tarian atau nyanyian.
Selain
seni tari, juga berkembang seni musik yang berupa pertunjukan gamelan, di
antaranya yang paling terkenal adalah sekaten. Upacara ini biasa dilakukan di
bekas kerajaan, seperti Yogyakarta dan Surakarta, yang sering disebut Grebeg
Mulud.
6. Seni Ukir dan Lukis
Akulturasi seni ukir dan seni lukis
Islam dengan seni lukis dan seni ukir tradisional Indonesia dapat dijumpai pada
bangunan masjid kuno dan keraton. Ukir-ukiran yang biasa dipahatkan pada tiang,
tembok, atap, mihrab, dan mimbar masjid biasanya dibuat dengan pola makara dan
teratai. Dalam perkembangan selanjutnya juga muncul dan berkembang seni kaligrafi,
yaitu seni melukis indah dengan huruf Arab.
C. Rangkuman.
1. Masuknya Islam di
Indonesia mengakibatkan akulturasi (perpaduan budaya) dengan budaya asli.
2. Budaya lokal Sumatera berupa
kesusasteraan, ulama yang terkenal adalah Hamzah Fansuri, Syamsudin (Pasai),
Abdurrauf Singkil, dan Nuruddin ar Raniri.
3. Budaya Jawa
berupa wayang kulit dengan materi cerita Islam.
4. Budaya dan seni
Islam Sulawesi merupakan saduran dari karya ulama Sumatera.
5. Tradisi dan upacara
adat kesukuan Islami yang berlangsung sampai saat ini adalah tahlilan, sekaten, gerebeg Maulud, takbiran,
Muludan, Tabuik.
makasih ya, sangat membatu :)
BalasHapusmakasih ya untuk ini
BalasHapus